Mengunjungi Candi Cangkuang

"Ini belok kiri ke Candi Cangkuang" mr.husband yang tengah nyupir berkata kepada saya. "Ooh, ya udah kita ke sana dulu aja, kan belum bisa check-in di Sumber Alam" saya menimpali. Di Perjalanan saya memang googling mencari tempat singgah sebelum kami tiba di Garut. Candi Cangkuang adalah salah satunya.

Saya pernah berkunjung sekali (mungkin sekitar 10 tahun yang lalu), dan masih ingat bahwa untuk mencapai candi, saat itu saya harus menyeberangi danau (atau dalam bahasa Sunda: situ) dengan perahu. Dalam hati saya berpikir, pasti kedua Kiddos akan suka. 

"Kita ke Candi Cangkuang dulu ya" kata saya kepada mereka. Kiddos#2 menjawab, "Wow kita ke temple. Ada Temple Run enggak disana? tanyanya seraya menyebutkan nama salah satu game favoritnya:D

Foto dulu di pintu masuk kawasan Candi Cangkuang


Pucuk dicinta ulam tiba. Di perjalanan entah awalnya kenapa, mr.husband mengajak saya, "Kita ke Banjarmasin yuk, naik Loksado." Yah, begitulah... cerita perjalanan kami dimulai dari ajakan-ajakan seperti ini hehe. "Apa itu Loksado?" tanya saya. Mr.Husband menjelaskan bahwa itu rakit. Saya tentunya semangat karena kangen dengan kunjungan ke Lok Baintan Floating Market

Dan ternyata, setelah membayar tiket masuk untuk kami berempat Rp 10.000, kami bertemu rakit di Candi Cangkuang. Saya pun takjub, 10 tahun tidak pernah kembali, sekarang tempat ini dipenuhi rakit yang indah dilihat.

Rakit di Candi Cangkuang

Biaya naik rakit Rp 4.000 per orang, tapi harus menunggu hingga 20 orang. Akhirnya kami memilih pergi sendiri saja, dengan harga Rp 80.000 pulang pergi. Kedua Kiddos awalnya takut naik rakit, namun akhirnya mereka berani juga setelah yakin bahwa berdiri di atas rakit cukup aman.

Pegangan karena takut:p
Akhirnya berani juga berdiri sendiri

Pemandangan di sekitar tempat ini cakep banget, suasana desa dengan sungai, pohon kelapa dan sawah. Buat saya yang lagi nostalgia, pemandangan ini "Garut banget" deh.

Penduduk yang sedang mencari ikan di sungai

Setelah sekitar sepuluh menit di atas rakit, kami tiba di seberang. Tukang rakit menunggu kami di sana, sementara kami masuk ke kawasan Candi Cangkuang.


Tukang rakit kami
Berjalan memasuki area Candi Cangkuang

Di sini kami bertemu dengan dua rakit yang sudah dipasangi iklan, hebat juga nih idenya. Chocodot yang merupakan coklat khas Garut juga beriklan melalui rakit. Mungkin nanti saya usulkan supaya motor H***a bisa juga beriklan di rakit yang di cat merah:p


Beriklan melalui rakit

Sebelum memasuki area candi, kami tiba di Kampung Pulo. Sebuah kampung yang hanya memiliki 6 rumah dan satu masjid. Jumlah bangunan ini menggambarkan jumlah 6 anak wanita dan 1 anak pria Embah Dalem Arief Muhammad yang makamnya ada di dalam kawasan candi. Embah Dalem Arief Muhammad menyebarkan agama Islam di wilayah ini.


Pemukiman yang tenang dan damai
Masjid di Kampung Pulo

Kami lalu masuk ke area Candi Cangkuang. Sebelum masuk, tiket yang dibeli di pintu gerbang tadi diperiksa. Jadi setelah membeli tiket, jangan langsung dibuang ya.


Kawasan Candi yang bersih dan terawat

Menurut penjelasan petugas di site museum yang ada di Candi Cangkuang, dulu Embah Dalem Arief Muhammad memiliki 6 anak wanita, dan 1 anak pria yang meninggal ketika di sunat. Sehingga hingga sekarang hanya anak wanita yang boleh tinggal disini. Jika ada yang menikah, maka ia harus keluar. Dan jika yang tinggal di dalam meninggal, anak pertama wanita akan dipanggil untuk tinggal di dalam. ''Sekarang ini sudah generasi ke 9 dan 10" paparnya.

Saya tanya, "Apakah mereka kerja di luar kampung ini, Pak?" Pak Jiji, petugas site museum menjelaskan lebih lanjut, mereka bertani dan mencari ikan di sekitar candi Cangkuang saja. Pak Jiji juga menjelaskan, bahwa nama Cangkuang berasal dari nama pohon. Kemudian ia menunjukan pohon Cangkuang yang berada di depan museum.


Sebelah kiri: Pohon Cangkuang. Di tengah adalah museum.
Museum yang berada di kawasan candi


Kami berjalan dan melihat candi Hindu yang di sebelahnya terdapat makam Embah Dalem Arief Muhammad.



Kiddos with the temple


Daerah sekitar Candi sangat rindang dan bersih. Menurut saya sih worth it membawa anak-anak kesini, selain belajar sejarah, ada wisata naik rakitnya juga. View yang kita nikmati pun sangat berbeda dan indah.


Pulang kembali naik rakit
Rakitnya dibuat sangat serius, rapih dan bagus
Jangan lupa selfie di rakit

Terdapat beberapa penjual souvenirs di area cagar budaya ini. Saking sukanya sama rakit, saya sempat mau beli, harganya juga enggak mahal, Rp 20 ribu. Tapi mr.husband mengingatkan, "Mau simpan dimana?" Akhirnya saya membeli alat pijat terbuat dari kayu yang kecil dan bisa masuk tas. Faktor U nih, yang dipilih alat pijat:D

Souvenirs rakit dan domba Garut
Toko souvenirs di Candi Cangkuang


Sebelum pulang, ada dua rakit yang penuh datang mendekat dengan suara yang ribut sekali. Saya udah kesel aja (eh padahal lagi puasa, enggak boleh kesel..), kok ini mendatangi makam ribut banget.

Ketika pulang melewati rombongan mereka, salah satu dari peserta rombongan komentar, "Ternyata ada juga yang kesini selain kita". Hadeh, saya tambah kesel aja, Tapi ya udahlah ya, bulan puasa.

Kalau liburan ke Garut, jangan lupa untuk mampir dan berkunjung ke Candi Cangkuang ya. Datanglah dengan pakaian sopan dan jangan ribut. Ingat, ada perumahan penduduk dan makam di dalamnya.


written on July 8, 2015 by @tesyasblog



Related Post:
Liburan ke Garut


7 comments:

  1. tapi kalau saya juga kayaknya mending sewa rakit sendiri, ya. Daripada nunggu banyakan. Khawatir nanti riweuh juga di rakit hihihi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehe iya Mba, repot pas pulangnya juga harus saling nunggu kalau enggak se-rombongan.

      Delete
  2. Bagus ya Bu, baru pernah denger saya ada Candi itu #saya emang kuper sih...hehehe... Seru bacanya, menambah pengetahuan saya yg jrg jalan-jalan. Thx Bundo.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hei Mario, ayo bawa Nolan naik rakit ke Candi Cangkuan ya :)

      Delete
  3. Wuah, pas banget nih suami ngajakin road trip ke Garut...masih mikir mau kemana dan ngapain aja ya... dan untungnya blog kak tesya selalu jadi panduan aku :-)))

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kak Nanda hellooo... lumayan Kak ke Candi Cangkuang. Jangan lupa Asep Stroberi. I ep nya di Sumber Alam:D *bukan komen berbayar

      Delete
    2. Kak Nanda hellooo... lumayan Kak ke Candi Cangkuang. Jangan lupa Asep Stroberi. I ep nya di Sumber Alam:D *bukan komen berbayar

      Delete