Dieng Trip: Asyik Bermain di Telaga Warna dan Candi Arjuna


Siapapun yang pergi ke Dieng, rasanya akan berharap untuk bisa menikmati sunrise di Bukit Sikunir. Namun karena setiap hari hujan, kami sudah pasrah dan berencana pergi ke tempat yang mudah dijangkau saja. Considering kami bepergian dengan kedua Kiddos dan Oma Opa.

"Tidak perlu ke Bukit Sikunir, lihat sunrise lihat dari gardu pandang saja" begitu saran Pak Hely, pemilik Duta Homestay, malam sebelum kami beranjak tidur. "Bukit Sikunir pijakan nya cukup tinggi, sulit untuk Oma Opa, selain itu musim hujan pasti licin" kata Pak Hely melanjutkan. Saya mengucapkan Alhamdulillah dalam hati yang berarti besok harinya tidak perlu hiking. Hehehe..*pssst jangan bilang-bilang mr.husband ya!

Kami berangkat dari Duta Homestay jam 6 pagi dan langsung menuju Dieng. Aplikasi waze mengatakan bahwa kami akan tiba 1 jam kemudian. 

Disambut langit mendung di gardu pandang


Tiket Masuk Ke Dieng

Tidak jauh dari kota Wonosobo, mobil kami berhenti di sebuah gardu. Kami harus membayar tiket masuk Rp 10.000 untuk dewasa, sementara itu untuk anak-anak gratis.

Pada tiket masuk, disampaikan informasi bahwa tiket kami termasuk, di antaranya:
- Gardu Pandang Tieng
- Kawasan Dieng Plateau
- Dieng Theater

Di gardu tersebut juga kami diberi peta mengenai spot wisata yang kami bisa dikunjungi di Dieng. 





First Stop: Foto Di Gardu Pandang Tieng

Setelah melewati jalanan berliku, kami tiba di Gardu Pandang Tieng. Sunrise memang sudah lewat, dan langit pagi itu mendung. Tapi kedua Kiddos tetap happy saat saya belikan hoodie bertuliskan Dieng.

"Aku mau yang biru, biar matching" begitu katanya:D


Gardu Pandang Tieng adalah spot wisata ketiga yang kami temui dari pos tempat membeli tiket. Kami melewati Taman Rekreasi Kalianget dan Telaga Menjer, dan mengarahkan mobil langsung ke Gardu Pandang Tieng.

Pagi itu Gardu Pandang Tieng cukup sepi, mungkin pengunjung lainnya sudah beranjak meninggalkan gardu setelah menikmati sunrise. Sebetulnya Gardu Pandang Tieng terkenal dengan golden sunrise-nya. Seandainya saja kami bisa datang dini hari menunggu munculnya sang surya.

Kami tidak naik ke gardu pandang, hanya foto-foto di bawah gardu saja. Setelah toilet break dan membeli beberapa buah gorengan, kami pun melanjutkan perjalanan.


The beauty we enjoyed that morning
Yang satu merah, dan satunya biru, matching betulan kan?


Telaga Warna

Berbeda dengan suasana di Gardu Pandang Tieng, kami disambut begitu banyak mobil di area parkir dekat Telaga Warna. Entah jam berapa pengunjung lain datang.

Kami berjalan dari tempat parkir, dan antre membeli tiket. Usahakan untuk menyediakan uang pas ya, harga tiket Rp 8.500 per orang.


Loket tiket dan pintu masuk menuju Telaga Warna


Bau belerang mulai terasa di pintu masuk, saat mendekati wilayah ini, memang banyak penjual masker. Namun kami tidak membeli, kedua Kiddos sudah membawa masker mereka sendiri.

Kami pun masuk ke dalam melalui area pepohonan, sampai kami berada di tepian telaga warna. Seriously, tempat ini keren, saya suka banget!


Let's go inside :)
Kalau pagi hari belum terlalu rame
Semua pengunjung juga antre untuk foto di pohon ini, Kiddos#1 pun ikutan..
Di tepian Telaga Warna
Pagi hari kami masih bisa foto di kayu ini, siang hari ternyata area ini
dipakai untuk pendaratan flying fox:p



Sebetulnya kami mau selow aja sih menikmati Telaga Warna, belum riset banyak juga di dalamnya ada apa saja. Sampai dengan kami bertemu sebuah pertigaan, dan ada tangga menuju ke sebuah bukit. 

Tau sendiri kan ya, mr.husband kalau urusan tangga, hiking dan that kind of things langsung semangat:D Baiklah, saya pun ikut karena kedua Kiddos tidak menolak. Hanya Oma Opa yang menunggu di area bawah.

Kami pun naik perlahan, dan semakin jauh belum ada tanda-tanda sampai. Kiddos#2, our drama king, langsung bilang lapar saat kami bertemu dengan sebuah warung yang terletak di pinggir tangga. Saya akhirnya menemani Kiddos#2 berhenti di warung, sementara itu Kiddos#1 dan mr.husband lanjut naik ke atas.


Katanya, aku lapar belum makan pagi.. oke deh..


Setelah energy-nya terisi dengan pop mie, Kiddos#2 pun setuju untuk melanjutkan perjalanan.. Dan akhirnya kami tiba di bukit, bertemu dengan Kiddos#1 dan ayahnya, dengan pemandangan yang magnificent.

Barulah saya tau bahwa nama tempat ini Batu Ratapan Angin, setelah tiba kembali di area bawah Telaga Warna. Hih, makanya kalau mau jalan-jalan, banyak riset dulu:p

Dan ya.. yang tetot banget adalah, sebetulnya kami bisa masuk ke pintu masuk terdekat dengan lokasi Batu Ratapan Angin ini, yang artinya kami tidak perlu hiking.

Seharusnya jalurnya adalah turun di pintu masuk dekat ratapan angin, dan jalan kaki ke area Telaga Warna. Ya udah deh, anggap aja olahraga pagi kan ya *menghibur diri


Ada yang dab di sini
The view from the top
The three of us
Akhirnya punya family picture di Dieng. Thank you Bapap Ne :)


Mendekati area ini, kami bertemu dengan another penjual minum dan gorengan. Bapak tua yang ramah mendekati kami dan bercerita tentang sejarah di tempat ini.

Lalu ia cerita bahwa kebersihan di tempat ini menjadi tanggung jawabnya, yang ujungnya kami melihat sebuah dus sumbangan retribusi kebersihan. Tapi memang taman di sekitar area ini tertata rapi, jadi kami dengan hati senang memasukan uang ke dalam dus sumbangan.

Sudah puas foto-foto kami turun kembali ke bawah, rencananya sih mau langsung pulang, ternyata kedua Kiddos minta mencoba flying fox di Telaga Warna. Karena antrean flying fox masih pendek, kami pun setuju untuk membeli tiket seharga Rp 35 ribu per anak. Ohya, dewasa juga boleh naik flying fox ini loh. Bagaimana dengan saya? Tentu saja saya memilih menunggu di bawah:D

Siap-siap menunggu giliran
Kiddos#1 memang hobby-nya mencoba flying fox
Kemajuan sekarang udah mau ikutan naik flying fox, well done Dedek!



Udah selesai flying fox terus pulang? Belum....kami jajan dulu di depan pintu masuk Telaga Warna donk hahaha.... Aduh itu jajanan mengingatkan saya dengan my hometown, Bandung.


Semua jajanan-nya, enak!


Kompleks Candi Arjuna

Setelah entah berapa lama di Telaga Warna, kami pindah ke spot wisata berikutnya yaitu kompleks Candi Arjuna. Tempat parkir di area ini sudah sangat penuh saat kami tiba jam 10 pagi.

Kami membeli tiket seharga Rp 15.000 per orang, dan masuk ke area candi. Masih perlu jalan sekitar 10 menit dari loket tiket menuju candi.


Komplek Candi Arjuna yang luas



Di sekitar Candi terdapat area yang sedang di renovasi, jadi terdapat banyak batu berserakan.


Foto ini epic banget, saya mau difoto, yang lain menunggu di belakang:D



Foto di area Candi Arjuna perlu antre dengan pengunjung lain. Namun antre-nya lumayan tertib. Alhamdulillah pagi menuju siang hari itu, sinar matahari sangat menyenangkan. 

Setelah foto-foto, kami sempat membeli bakso dan mainan bubble untuk kedua Kiddos. Jadi maksudnya... Kiddos main bubble, dan saya makan bakso *wink


Perlu antre untuk foto di sini
With Kiddos#1



Road Trip dari Dieng ke Purwokerto

Saatnya pulang ke Purwokerto setelah selesai di Candi Arjuna. Sebetulnya masih ada Kawah Sikidang yang bisa kami kunjungi, namun setengah hari mengunjungi dua tempat sudah membuat kami lelah.

Ditambah, makin banyaknya pengunjung memadati area Dieng. Maklum, hari itu adalah hari terakhir di tahun 2016.

Kami melanjutkan perjalanan dengan makan siang sebentar di Ayam Goreng Bu Mansur, Banjarnegara. Lalu melanjutkan perjalanan ke Purwokerto yang rasanya enggak pernah sampai itu.

Yah gitu deh, saya memang tidak terlalu suka roadtrip (:  

Sore hari, kami tiba juga di hotel Santika Purwokerto dan sempat mengikuti acara tahun baru yang diselenggarakan di Hotel Santika Purwokerto.


***

Our first trip ever to Dieng is checked, walaupun hanya mengunjungi 3 tempat wisata, namun kami sudah cukup puas. 

Semoga tulisan ini bisa membantu teman-teman yang sedang merencanakan liburan keluarga ke Dieng untuk pertama kalinya. Kalau mau mengunjungi lebih banyak spot wisata, mungkin lebih baik menginap satu malam di Dieng, agar tidak perlu roundtrip ke Wonosobo.

Dan kalau memungkinkan, datanglah saat musim kemarau agar bisa mendapatkan sunrise yang super di Dieng.


written on March 28, 2017
Follow our IG & twitter account: @tesyasblog
Like our FB fanpage: Tesyasblog
Watch our video on youtube: tesyasvlog



Previous Post:
Dieng Trip: Transit di Waroeng Djoglo dan Bermalam di Wonosobo

2 comments:

  1. Waaaah aku ga tau kalo ada gardu pandang itu... tau gitu aku jg males hampir pingsan pas naik ke sikunir wkwkwkwk.. efek ga prnh olahraga mba.. naik segitu lgs encok

    kalo kesana lg mampir ke kawah candradimuka mba.. aku sih lbh suka kawah itu drpd sikidang.. krn yg candradimuka lbh sepi, dan lebih mistis suasananya ;p.. apalagi di sana ada kolam air tawar, yg airnya sejuuuuuuk banget.. kebesaran Tuhan ya, di deket kawah yg airnya panas, bisa ada kolam yg airnya sejuk begitu, tawar pula..

    trs sumur jalatunda juga keren.. aku denger cerita mitosnya dr guide kita, lgs merinding disko ;p.. pgn ih kesana lagi...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah kayanya aku musti balik lagi untuk ke kawah Candradimuka ya Fan.
      Fanny kayanya explore banyak banget, sementara aku cuman 3 tempat ini aja:D

      Delete