Liburan ke Hokkaido Day 3: Melihat Lavender di Furano


Setelah transit masing-masing satu malam di Ho Chi Minh, Tokyo dan Sapporo, akhirnya hari yang saya nanti tiba. Kami akan berkunjung ke kota Furano untuk melihat bunga lavender. Liburan ke Hokkaido pada musim panas memang highlight-nya adalah untuk melihat bunga lavender. Walaupun pada awal bulan Juli, hamparan bunga belum terlalu mekar. Tapi mau bagaimana lagi, liburan panjangnya hanya bisa saat libur lebaran:D

Pagi hari, kami check out dari Grids Sapporo Hotel+Hostel. Saat request menitipkan koper, staff Grids mengatakan bahwa ada biaya yang harus kami bayar. Saya tidak keberatan, namun saya menanyakan mengenai pemesanan kami satu malam lagi di Grids saat kami kembali dari Asahikawa. Ternyata, karena kami akan kembali menginap, staff Grids tidak jadi mengenakan biaya tambahan untuk penitipan koper. Alhamdulillah :)

Cerita bagaimana pergi ke Furano tanpa mengikuti tour sudah saya tulis lengkap di tesyasblog. Luar biasa sih challenge-nya untuk pergi ke Furano di saat musim panas. Walaupun sudah tiba 30 menit sebelum jadwal Lavender Express Train di JR Sapporo Station. Tapi antrean sudah luar biasa panjang. Untung kami sudah membeli tiket, jadi kami mulai antre pada lajur non-reserved seat, sesuai jenis tiket yang kami miliki.

Antrean naik kereta dari Sapporo ke Furano


Perjalanan Menuju Furano

Lavender Express Train, kereta api yang hanya beroperasi pada periode tertentu ini, memiliki dua jadwal keberangkatan dari Sapporo ke Furano. Kami memilih kereta paling pagi yaitu pada pukul 09.05. Karena sedang peak season, kereta penuh sesak, bahkan ada juga yang berdiri. Jadi jangan sampai salah antre di gerbong reserved seat jika tiket kita tidak memiliki nomor kursi.

Tepat dua jam, kami tiba di Furano JR Station. Di sepanjang perjalanan saya melihat ke luar jendela dan mencari hamparan bunga lavender. Namun saya tidak melihatnya sama sekali (:

Disambut pot bunga begitu keluar dari kereta:D


Kami hanya sempat toilet break, lalu masuk kembali ke stasiun dan antre untuk naik Norokko Train. Banyak juga turis dari Indonesia yang kami temui di Furano. Memang saat libur lebaran, warga negara Indonesia ada dimana-mana ya.

Antrean untuk naik kereta jadul bernama Norokko Train ini sangat ramai. Semua berebut mendapatkan kursi menghadap jendela. Kami masuk dari gerbong reserved seat yang antrean-nya pendek. Ternyata strategi ini cukup jitu, kami berhasil mendapatkan kursi menghadap ke jendela.

Sebetulnya saya enggak suka liburan dengan begitu banyak orang, tapi demi lavender... hehehe...

Inside the Norokko Train


Seru deh duduk di Norokko train ini, keretanya walaupun sudah tua tapi bisa juga jalan cepat seperti kereta biasa. Perlu dicatat bahwa kereta ini tidak ada di semua musim. Jadi kalau liburan musim panas ke Hokkaido, kereta Norokko ini wajib dicoba.

Selain keretanya yang unik, stasiun nya juga cantik banget, ada di tengah ladang! Baru deh liat yang kaya gini hehe.. Lavender Farm Station ini juga hanya buka pada musim panas. Untuk memudahkan wisatawan yang akan berkunjung ke Farm Tomita.

Saat turun dari Norokko, jangan cepat-cepat meninggalkan stasiun, foto-foto aja dulu sampai puas. Saya heran kenapa semua orang keluar dan meninggalkan stasiun yang kece ini. Kami sih santai aja, toh sorenya kami akan menginap di Furano. Mungkin kebanyakan wisatawan melakukan daytrip dari Sapporo ke Furano, karena itu waktu mereka terbatas. Sementara kami; we had plenty of time to explore the area.


Lavender Farm Station


Foto-Foto di Tomita Melon House dan Farm Tomita

Tempat pertama yang kami kunjungi adalah Tomita Melon House. Rumah melon ini menjual segala macam makanan yang terbuat dari Melon dengan harga standar Jepang alias mahal:D

Karena penasaran, kami membeli eskrim melon di atas setengah buah melon. Cerita lengkap dan foto-fotonya bisa dibaca disini ya, tempat yang menghabiskan budget harian kami, saking apa-apa mahal!

Saran saya, kalau mau cari makan siang, lebih baik makan di cafe yang ada di Farm Tomita. Di Melon House ini cukup makan melon dan eskrim saja. 


Cafe di Melon House
Memang beda rasa melon nya enaaaak!



Setelah melon ice cream habis, kami pun melanjutkan petualangan ke tempat yang selama ini saya impikan yaitu Farm Tomita. Lokasinya bersebelahan dengan Tomita Melon House.

Tidak ada tiket masuk untuk masuk ke Melon House maupun Farm Tomita, tapi ya itu tadi, makanan dan minuman di sini harga turis.

Acara foto-foto di Farm Tomita tidak berlangsung lama, karena kedua Kiddos mulai rewel, "Kita ngapain sih foto-foto melulu" Hadeh, andai mereka tau perjuangan banget ini ke Furano. Risetnya, nabungnya, ya terutama yang kedua hahaha..


Sayang sekali lavendernya masih kecil (:
Ini di bagian belakang Farm Tomita
Kedua Kiddos mulai bosan..
Akhirnya mereka sibuk main sendiri:D



Naik Chairlift di Nakafurano

Setelah lumayan lama menghabiskan waktu di cafe yang ada di Farm Tomita, kami pun memutuskan jalan kaki ke Nakafurano. Saat riset menyusun jadwal perjalanan liburan ke Hokkaido, saya menemukan sebuah taman lavender, dimana kita bisa naik ke atas menggunakan chairlift yang biasa digunakan mereka yang bermain ski.

Tentunya kedua Kiddos sudah saya informasikan akan rencana naik chairlift ini, dan mereka sangat tidak sabar untuk segera mencoba. Untungnya udara hari itu mendung, jadi kami jalan kaki kemana-mana, kedua Kiddos tidak protes.

Pun saat kami jalan kaki sekitar 15 menit dari Farm Tomita ke Nakafurano. Waaah, mereka happy sekali melihat chairlift di depan mata:D


Yeay.. kami sudah siap naik chairlift
Pemandangan dari atas bukit



Dengan harga tiket roundtrip JPY200 untuk anak dan JPY300 untuk dewasa, atraksi ini sungguh merupakan hiburan yang murah meriah :) Silahkan baca selengkapnya cerita kami naik Nakafurano's chairlift di link ini ya.



Menginap Satu Malam di Furano

Sore hari, kami kembali ke Furano dengan menggunakan kereta api dari JR Nakafurano ke JR Furano Station. Kami mengambil tas yang dititipkan di stasiun Furano, lalu naik taksi ke motel kami.

Apa... naik taksi di Jepang? Aduh, terpaksa sekali memang. Tidak ada public transport yang bisa kami pilih selain taksi dengan harga JPY1.300 one way. Tapi kami sudah menghemat biaya akomodasi di Furano, dengan memesan menggunakan travel credit airbnb kami. Harga penginapan menjadi hanya Rp 550.000 per malam untuk kami ber-empat. Kapan lagi harga menginap di Jepang semurah itu.

Hotel yang kami pesan adalah Petit Hotel Melon, sebetulnya bisa dipesan melalui booking[dot]com maupun airbnb. Kami memilih yang kedua karena sedang memiliki travel credit. Silahkan klik tulisan orange untuk melihat review kami atas Petit Hotel Melon di tesyasblog ya.

Lokasi hotel di bagian atas kota Furano, jadi sore hari kami bisa jalan-jalan ke luar hotel dan melihat indahnya kota kecil ini. 



Menginap disini serasa di rumah sendiri
Indahnya pemandangan di luar hotel
Suasana malam sekitar hotel



Sayang sekali kami hanya menginap satu malam di Furano, kota kecil seperti ini membuat saya betah. Esok harinya, bahkan Kiddos#2 baru bangun jam 08.30 pagi saking nyenyaknya ia tidur.

Setelah Furano, perjalanan kami lanjutkan ke kota terbesar kedua di Pulau Hokkaido yaitu Asahikawa. Cerita selanjutnya menyusul ya. Perlahan tapi pasti, kami akan selesaikan travel diary kami di Hokkaido :)




written on September 4, 2017
Follow our twitter & IG account:@tesyasblog
Like our FB Fanpage: Tesyasblog
See our video on youtube: Tesya Sophianti


Previous Post:
Liburan ke Hokkaido Day 2: Coffee Trip di Tokyo Hingga Makan Ramen di Sapporo

2 comments:

  1. foto yang di stasiun norokko mengingatkan saya akan game harvest moon. keren viewnya. mudah2an saya bisa kesana

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehehe aku ga tau game harvest moon. Iya tapi keren view di kota kecil ini Mas:)

      Delete